Judul : Negeri 5 Menara
Karya : A. Fuadi
Halaman : sekitar 416 hal
Penerbit : Gramedia
Bermula dari suatu kisah, seorang anak yang bernama Alif yang tinggal di sebuah desa dekat danau Maninjau, Bukittinggi, Sumatera Barat. Nah, dia baru saja lulus madarasah tsanawiyh setingkat smp.
Prestasinya juga cukup membanggakan
yaitu masuk 10 besar peraih NEM se-kabupaten Agam. Nah, Alif semula memiliki
rencana bersama teman dekatnya, Randai, yaitu melanjutkan studi ke jenjang SMA
terbaik di Kota. Akan tetapi, rncana itu tinggal rencana, karena, ibu Alif
kurang setuju untuk menyekolahkan Alif ke jenjang SMA dengan berbagai alasan,
Ibu Alif yang berlatar pendidikan agama yang kuat menginginkan agar Alif
melanjutkan studi ke sekolah agama, agar Alif benar benar fokus di dunia agama.
Akan tetapi Alif menolak rencana tersebut, Alif yang semula berharap agar
Ayahnya ikut mendukungya masuk ke SMA, namun ternyata ayahnya lebih mendukung
ibunya. Akhirnya Alifpun berdiam diri di kamar, mogok bicara selama kuarang
lebih tiga hari. Nah, selama pemogokan itu, dia berkirim surat dengan Pak Etek
Gindo, yang sedang belajar di Mesir, beliau menyarankan agar Alif melanjutkan
studinya ke Pondok Madani, banyak kenalan beliau yang fasih bahasa Arab dan
bahasa Inggris berasal dari sana.
Akhirnya usul tersebut diterima
Alif, dan Alif pun mengutarakan niatnya untuk melanjutkan studi di Pondok
Madani, Jawa timur ke ibunya. Ibu dan ayahnya cukup terkejut mendengar
keputusannya, dan akhirnya ayah Alif mengantarkannya ke Jawa timur menaiki bus
kurang lebih tiga hari.
Sesampainya, disana mereka menuju ke
Pondok Madani, diantar salah satu murid pondok tersebut yang berjaga di
terminal. Sesampainya di Pondok Madani, Alif dan ayahnya melakukan tur singkat
mengelilingi pondok. Ternyata untuk diterima menjadi murid Pondok Madani harus
menjalani serangkaian tes ujian tertulis dan lisan. Dengan berbekal persiapan
dua hari akhirnya Alif berhasil melalui tes dan diterima diantara ribuan
pelamar. Acara pembukaan penerimaan siswa baru pun dibuka oleh Kiai Rais,
pimpinan Pondok Madani. Alif memiliki teman dekat yaitu, Said asal Surabaya,
Atang asal Bandung, Baso asal Sulawesi, Raja dari Medan, Dulmajid asal Madura.
Nah kelima temannya tersebut sering berkumpul di kaki menara masjid maka dari
itu kawan kawannya yang lain menjuluki kelompok ini Sahibul Menara, penjaga
menara. Dan tiap tiap anak punya kata sandi masing-masing, atau semacam
sebutan, Said menara 1, lalu Raja menara 2, Alif menara 3, Atang menara 4,
Dulmajid menara 5, dan Baso menara 6. Di hari pertama masuk, mereka terlambat 5
menit ke masjid dan ketahuaan petugas keamanan yang dijuluki Tyson, sebagai
hukumannya merekan menjadi jasus, mata-mata, mereka masing masing selama 24 jam
harus mencari 2 orang yang melakukan pelanggaran yang dilakukan oleh anak-anak
seluruh pesantren, dicatat nama dan kelasnya, untunglah semua siswa di pondok
diwjibkan memakai tanda pengenal dan wajib dikenakan setiap hari. Tak lama
berselang, teman kampungnya Alif, Randai mengirim surat perihal dirinya telah
diterima di salah satu SMA favorit di kota, mengetahui hal tersebut, terbesit
rasa iri Alif terhadap Randai yang dapat melanjutkan studi ke SMA. Terbesit
pula rasa ragu-ragu apakah keputusannya masuk ke PM( Pondik Madani) itu
tepat?..
Hari yang paling dinantinantikan oleh
murid-murid PM adalah hari Jum’at, hari libur, sementara hari sabtu sampai
kamis masuk ke kelas. Dengan adanya peraturan wajib melakukan percakapan sehari
hari menggunakan 2 bahasa, bahasa Inggris dan Bahasa Arab, ditambah setiap tiga
kali seminggu wajib pidato bahasa Inggris dan bahasa Arab, maka dlam waktu
relatif singkat, keenam anak itu mulai merasakan perkembangan cukup pesat dalam
berbahasa, terutama Baso dan Raja, yang selalu mendominasai hampir semua mata
pelajaran. Dengan segala rutinitas yang melelaahkan, canda dan tawa ala
pondokan antara Sahibul menara, tak terasa ujian telah datang, ujian pertama
kali bagi mereka, dan dengan segala perjuanngan Alif dan teman-temannya
berhasil melalui ujian tersebut dengan hasil yang cukup memuaskan. Setelah itu,
mereka akan mendapat libur selama 2 minggu, mengingat ongkos perjalanan dan
waktu tempuh yang cukup jauh diantara para sahibul menara, alif dan baso tidak
kembali ke pulang kampung. Namun mereka diajak berlibur oleh Atang ke Bandung
dan jalan jalan mengelilingi Bandung, setelah itu atas permintaan mendesak Said
agar mereka bertiga mampir ke Surabaya, maka tiga hari sebelum usai mereka pun
pergi ke ke Surabaya dan berjalan-jalan ke pasar Ampel.
Akhirnya mereka kembali ke PM, dan
kelas mereka terpilih sebagai bulis lail, pasukan ronda malam. Alif dan
Dulmajid mendapatkan pengalam yang cukup menarik, mereka berhasil menahan
pencuri yang hendak kabur, atsa keberhasilan mereka, merekapun bebas dari
hukuman dari petugas keamanan, diamana Tyson sebelumnya mendapati mereka berdua
tertidur saat menjalankan tugas. Peristiwa penangkapan pencuri dan keberhasilan
mereka berdua menjadi buah bibir selama beberapa saat di PM.
Tak lama berselang ada berita yang
cukup menghebohkan yakni kedatangan keluarga ustad khalid dan yang membuat
heboh anak putri ustad Khalid yang bernama Sarah, mengingat PM, adalah Pondok
khusus santriwan, maka hal tersebut cuku menghebohkan. Setelah berkali kali
gagal, Alif pun mendapat kesempatan berkenalan dengan Sarah, setelah berhasil
mewawancarai ustad Khalid dengan baik, dia mendapat tugas untuk memfoto
keluarga ustad Khalid sekeluarga, mengingat Sarah sebentar lagi akan dikirim ke
Pondok Pesantren khusus perempuan di Yogya. Setelah berhasil memfoto, dan dapat
kesempata foto bareng, hati Alif pun berbunga-bunga. Dengan segala ksiah kisah
yang menarik dan unik kehidupan sehai-hsri anak-anak PM, novel Negeri 5 Menara
pun antas mendapat National Best Seller.
Kembali ke cerita, langsung saya
menuju akhir-akhir ceritanya yaitu persiapan Alif dkk yang saat ini telah kelas
6 mempersiapakan acara pagelaran multi seni yang terhebat yang bisa mereka
produksi kepada almamater tercinta. Pagelaran yang akan mereka usung adalah The
Great Adventure of Ibnu Batutah. Dengan segala hambatan dan persiapan yang membutuhkan
lama, kerja keras mereka terbayar lunas, dengan sukses menampilkan acara yang
memukau, dan mendapat pujian dari kiai Rais. Setelah itu, ujian kelulusan pun
menanti, akan tetapi masalah pun datang, Baso memutuskan untuk kembali ke
kampung, karena neneknya sakit, dia pun mendapat tawaran menjadi guru bahasa
Arab dasar di sebuah sekolah yang baru dibangun dan dapat belajar menjadi hafiz
ke Tuanku haji Mukhlas Lamaming. Akhirnya, Baso pun meninggalkan PM, sebelum
dia sempat mengikuti ujian kelulusan. Dengan adanya kejadian tersebut mebuat
hati Alif kembali gundah, dia juga sempat berpikir untuk mengikuti ujian
persamaan, sehingga dapat ikut ujian masuk ke perguruaan tinggi. Dia pun
berkirim surat ke ibundanya di Maninjau, tak alama berselang ayahnya datang dan
menjeaskan bahwa dirinya telah didaftarkan mengikuti ujian persamaan 8 bulan
kemudian, hal tersebut, membuat Alif haris menunggu waktu yang lama untuk masuk
ke perguruaan tinggi, Akhirnya, niatnya untuk keluar PM sebelum ujian pun
kandas, dia menuruti nasehat orang tuanya. Dia pun mulai bersemangat lagi
dengan jurus Man Jadda Wajada,” Siapa yang bersungguh-sungguh, akan
Berhasil!!!!
0 komentar:
Posting Komentar