A. Kohesi
Kohesi
adalah suatu konsep semantis yang menunjuk pada hubungan makna antar kalimat
dalam suatu wacana. Kohesi menunjuk pada hubungan suatu kalimat
dengan kalimat lain, sebelum dan sesudahnya di dalam wacana. Berdasarkan hal
itu dapat diketahui bahwa wacana yang dihadapi adalah wacana yang terdiri dari
dua kalimat atau lebih. Yang menjadi persoalan dalam kohesi adalah menunjukkan
hubungan kalimat-kalimat dalam wacana melalui pertalian unsur-unsur yang
dikandungnya secara semantik tekstual. Wacana yang akan dianalisis adalah
wacana dengan tingkat tataran alinea dan antara dua alinea yang
berdekatan.
Kohesi
muncul apabila penafsiran unsur tertentu di dalam sebuah wacana tergantung pada
penafsiran unsur yang lain di dalam wacana yang sama. Dengan kata lain, suatu
unsur memperanggapkan unsur yang lain, sehingga kedua kalimat yang mengandung
unsur tersebut menjadi terpadu (kohesif). Yang diperanggapkan itu dapat berupa
sebuah kata, frase, klausa, atau kalimat.
Kohesi
secara garis besar dapat diklasifikasi menjadi dua. Pertama,
berdasarkan pilihan bentuk yang digunakannya, antara lain.
a. Kohesei gramatikal,
yaitu hubungan kohesif yang dicapai dengan penggunaan elemen dan aturan
gramatikal, meliputi referensi, substitusi, dan elipsis;
b. Kohesi
leksikal, yaitu efek kohesif yang dicapai melalui pemilihan kosakata.
Kedua, berdasarkan asal hubungannya, kohesi
diklasifikasi lebih jauh berdasarkan tiga hal, yaitu.
a.
Keterkaitan bentuk yang meliputi substitusi, elipsis, dan kolokasi leksikal;
b.
Keterkaitan referensi yang meliputi referensi dan reiterasi leksikal;
c.
Hubungan semantik yang diperantai oleh konjungsi.
Menurut Untung Yuwono dalam bukunya yang berjudul Pesona Bahasa menyatakan
bahwa kohesi tidak datang dengan sendirinya, tetapi diciptakan secara formal
oleh alat bahasa yang disebut pemarkah kohesi, misalnya kata ganti, kata
tunjuk, kata sambung, dan kata yang diulang. Pemarkah kohesi yang digunakan
secara tepat menghasilkan kohesi leksikal dan kohesi gramatikal. Kohesi
leksikal adalah hubungan semantis antarunsur pembentuk wacana dengan
memanfaatkan unsur leksikal atau kata yang dapat diwujudkan dengan reiterasi
dan kolokasi. Reiterasi adalah pengulangan kata-kata pada kalimat berikutnya
untuk memberikan penekanan bahwa kata-kata tersebut merupakan fokus
pembicaraan. Reiterasi dapat berupa repetisi, sinonimi, hiponimi, metonimi, dan
antonimi. Sedangkan kolokasi adalah hubungan antarkata yang berada pada
lingkungan atau bidang yang sama. Contohnya, [petani] di Lampung terancam gagal
memanen [padi]. [sawah] yang mereka garap terendam banjir selama dua hari.
Sedangkan kohesi gramatikal adalah hubungan semantis
antarunsur yang dimarkahi alat gramatikal, yaitu alat bahasa yang digunakan
dalam kaitannya dengan tata bahasa. Kohesi gramatikal dapat berwujud referensi,
substitusi, elipsis, dan konjungsi.
Berdasarkan
penjelasan tersebut, diketahui ada lima macam peranti kohesi, yaitu referensi,
substitusi, elipsis, konjungsi, dan kohesi leksikal.
a. Referensi
Referensi adalah hubungan antara satuan
bahasa, benda, atau hal yang terdapat di dunia yang diacu oleh satuan bahasa
tersebut.
Contohnya, aku suka [kucing], dan aku
juga suka [kelinci]. [itulah] kesukaanku.
b. Substitusi
Subtitusi adalah penggantian item tertentu
dengan item yang lain.
Contohnya, [Ahmad] datang menagih lagi.
[orang itu] benar-benr tidak tahu malu.
c. Elipsis
Elipsis adalah penghilangan item
tertentu.
Contohnya adalah sebagai berikut.
Rina :
[Apakah adikmu akan lulus ujian?]
Rani :
Saya harap [begitu].
d. Konjungsi
Konjungsi tercipta secara tidak langsung
melalui keberadaannya yang memberikan makna tertentu bagi hubungan antarelemen
dalam teks. Contohnya, Ayah bekerja [dan] adik sekolah.
e. Kohesi
Leksikal
Leksikal diperoleh dengan cara memilih
kosakata yang serasi, misalnya pengulangan kata yang sama, sinonim, antonim,
hiponim, kolokasi, dan ekuivalen. Ada beberapa cara untuk mencapai aspek
leksikal kohesi, antara lain:
a. pengulangan kata yang sama : pemuda
– pemuda
b. sinonim : pahlawan – pejuang
c. antonim : putra – putri
d. hiponim : angkutan darat – kereta
api, bis, mobil
e. kolokasi : buku, koran, majalah –
media massa
f. ekuivalensi : belajar, mengajar,
pelajar, pengajaran
B. Koherensi
Koherensi
atau keterpaduan yang baik dan kompak adalah timbal balik yang baik dan jelas
antara unsur-unsur (kata atau kelompok kata) yang membentuk kalimat. Bagaimana
hubungan subjek dan predikat, hubungan antara predikat dan objek, serta
keterangan-keterangan lain yang menjelaskan tiap-tiap unsur pokok tadi. Setiap
bahasa memiliki kaidah-kaidah tersendiri bagaimana mengurutkan gagasan-gagasan
tersebut. Ada bagian-bagian kalimat yang memiliki hubungan yang erat, sehingga
tidak boleh dipisahkan, ada yang lebih renggang kedudukannya sehingga boleh
ditempatkan di mana saja, asal jangan disisipkan antara kata-kata atau kelompok
kata yang rapat hubungannya.
C. Kohesi
dan Koherensi dalam Paragraf
Paragraf
Paragraf
adalah gabungan kalimat yang mengandung satu gagasan pokok dan didukung oleh
gagasan-gagasan penjelas. Gagasan pokok dan gagasan penjelas ini harus memiliki
keterpaduan bentuk(kohesi) dan keterpaduan makna (koherensi).
Kepaduan
Makna (Koherensi)
Suatu
paragraf dikatakan koheren, apabila ada kekompakan antara gagasan yang
dikemukakan kalimat yang satu dengan yang lainnya. Kalimat-kalimatnya memiliki
hubungan timbal balik serta secara bersama-sama membahas satu gagasan utama.
Tidak dijumpai satu pun kalimat yang menyimpang dari gagasan utama ataupun
loncatan-loncatan pikiran yang membingungkan.
Contoh:
Buku merupakan
investasi masa depan. Buku adalah jendela ilmu pengetahuan yang bisa membuka
cakrawala seseorang. Dibanding media pembelajaran audiovisual, buku lebih mampu
mengembangkan daya kreativitas dan imajinasi anak-anak karena membuat
otak lebih aktif mengasosiasikan simbol dengan makna. Radio adalah
media alat elektronik yang banyak didengar di masyarakat. Namun demikian,
minat dan kemampuan mambaca tidak akan tumbuh secara otomatis, tetapi harus
melalui latihan dan pembiasaan. Menciptakan generasi literat membutuhkan proses
dan sarana yang kondusif.
Paragraf
di atas dikatakan tidak koheren karena terdapat satu kalimat yang melenceng
dari gagasan utamanya yaitu kalimat yang dicetak tebal.
Keterpaduan
Bentuk (Kohesi)
Apabila
koherensi berhubungan dengan isi, maka kohesi atau keterpaduan bentuk berkaitan
dengan penggunaan kata-katanya. Bisa saja satu paragraf mengemukakan satu
gagasan utama, namun belum tentu paragraf tersebut dikatakan kohesif jika
kata-katanya tidak padu.
Contoh:
Pada tahun
1997, produksi padi turun 3,85 persen. Impor beras meningkat,
diperkirakan menjadi 3,1 ton tahun 1998. swasembada pangan tercapai pada tahun
1984, pada tahun 1985, kita mengekspor sebesar 371,3 ribu ton beras, bahkan
530,7 ribu ton pada tahun 1993. pada tahun 1994, neraca perdagangan beras kita
tekor 400 ribu ton. Impor beras meningkat dan pada tahun 1997 mencapai 2,5 juta
ton.
Paragraf
di atas mengemukakan satu gagasan utama, yaitu mengenai masalah naik turunnya
produksi beras Indonesia. Dengan demikian koherensi kalimat tersebut sudah
terpenuhi, namun paragraf tersebut dikatakan tidak memiliki kohesivitas yang
baik sehingga gagasan tersebut sulit dipahami. Paragraf tersebut perlu
diperbaiki, misalnya dengan memberikan kata perangkai seperti berikut ini.
Pada
tahun 1997, produksi padi turun 3,85 persen. Akibatnya, impor
beras meningkat, diperkirakan menjadi 3,1 ton tahun 1998. Sesudah swasembada
pangan tercapai pada tahun 1984, pada tahun 1985, kita mengekspor sebesar 371,3
ribu ton beras, bahkan 530,7 ribu ton pada tahun 1993. Akan tetapi,
pada tahun 1994, neraca perdagangan beras kita tekor 400 ribu ton. Sejak itu,
impor beras meningkat dan pada tahun 1997 mencapai 2,5 juta ton.
Konjungtor
1. Koordinatif.
Menghubungkan dua unsur atau lebih yang sama pentingnya ayau memiliki status
sintaksis yang sama.
2. Subordinatif.
Menghubungkan dua klausa atau lebih yang tidak memiliki status yang sama.
3. Korelatif. Menghubungkan
dua kata, frasa, atau klausa yang memiliki status sintasis yang sama.
Konjungtor ini terdiri atas dua bagian yang dipisahkan oleh satu kata, frasa,
atau klausa yang dihubungkan.
4. Antar kalimat
5. Antar paragraf.
I. Konjungtor
Koordinatif
1) Penamba hubungan
penambahan: dan
Contoh: Saya mencari Nanda dan kamu mencari
Rama
2) Penamba hubungan
pendampingan: serta
Contoh:
3) Penamba hubungan
pemilihan: atau
Contoh: Aku yang mengunjungumu, atau kamu
yang mengunjungiku.
4) Penamba hubungan
perlawanan: tetapi
Contoh: Dia terus bertanya, tetapi adiknya
hanya diam saja.
5) Penamba hubungan
pertentangan: padahal, sedangkan
Contoh: Mereka menderita, sedangkan dia
bersenang-senang.
II. Konjungtor
Subordinatif
1) Menyatakan waktu:
sejak, ketika, selama, sebulan.
Contoh: Andi baru saja pulang ketika mengetahui
ayahnya telah meninggal.
2) Menyatakan syarat:
jika, kalau, bila, asalkan.
Contoh: Saya akan menaikkan orang tua saya haji jika telah
memiliki uang yang cukup.
3) Menyatakan
pengandaian: seandainya, andaikan, sekiranya.
Contoh: Dia akan memaafka kamu seandainya kamu
meminta maaf.
4) Menyatakan tujuan:
agar, supaya, biar
Contoh: Rama harus rajin menabung agar dapat
menaikkan orang tuanya haji.
5) Menyatakan konsetif:
walaupun, meskipun, sekalipun, biarpun
Contoh: Pekerjaan ini tetap harus dilanjutkan walaupun hanya
dengan sedikit tenaga kerja.
6) Menyatakan
perbandingan: seakan-akan
Contoh:Dia memandangi saya ketakutan seakan-akan saya adalah
hantu.
7) Menyatakan sebab:
sebab, karena, oleh karena
Contoh: Hari ini, saya tidak dapat ke kampus karena sakit.
8) Menyatakan hasil:
sehingga, sampai-sampai, maka.
Contoh: Biaya semakin menipis sehingga pembangunan
harus dihentikan.
9) Menyatakan alat:
dengan, tanpa.
Contoh: Petani itu menggemburkan tanah persawahannya dengan bantuan
kerbau.
10) Menyatakan cara: dengan, tanpa
Contoh: ibu membersihkan baju kotor adik dengan menguceknya.
11) Menyatakan penjelasan: bahwa.
Contoh: Dia telah berjanji bahwa dia akan
datang besok.
III. Konjungtor
korelatif
1) Baik……maupun……
Contoh: Baik Pak Anton maupun anaknya
tidak suka minum kopi.
2) Tidak hanya….. tetapi
juga……
Contoh: Kita tidak hanya harus
mengerti, tetapi juga harus mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari.
3) Bukan
hanya…..melainkan juga
Contoh: Bukan hanya pemimpin yang harus
menaati peraturan melainkan jugapara anggotanya.
4) Demikian….sehingga….
Contoh: Mobil pembalap itu lari demikian cepatnya sehingga mengalahkan
mobil-mobil yang lainnya.
5) Sedemikian
rupa…..sehingga…..
Contoh: Adik mengerjakan tugasnya sedemikian rapih sehingga gurunya
senang memeriksa pekerjaannya.
6) Apa(kah)….atau….
Contoh: Tidak ada yang tahu apa(kah) dia
akan berhasil atau tidak.
7) Jangankan…..pun…..
Contoh: Jangankan orang tuanya, orang
lain pun dia hormati.
IV. Konjungtor
antar kalimat
1) Walaupun demikian
Contoh: Kami tidak setuju dengan keputusannya. Walaupun demikian
kami tetap menghormati apa yang telah dia putuskan.
2) Kemudian
Contoh: Mereka ke toko kain untuk membeli kain sebanyak 5
meter.Kemudian mereka singgah di supermarket untuk membeli
perlengkapan bulanan.
3) Selanjutnya
Contoh: Ibu menggunting kain-kain itu sesuai dengan pola
yang telah dibuatnya. Selanjutnya, dia menjahit pinggir setiap kain
agar guntingannya tidak berantakan dan lebih mudah dijahit menjadi baju.
4) Selain itu
Contoh: Pak Didi menderita penyakit malaria. Selain tiu, dia
juga mengidap kencing manis atau diabetes mellitus.
5) Sebaiknya
Contoh: Setelah pelajaran berakhir, adik langsung pulang ke
rumah.Sebaliknya, aku harus tetap di sekolah untuk mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler.
6) Akan tetapi
Contoh:Keadaan memang sudah mulai aman. Akan tetapi,
kita harus tetap waspada.
7) Namun
Contoh: Dia telah dikeluarkan dari penjara. Namun,
dia harus tetap melapor ke kantor polisi setiap bulannya.
8) Dengan demikian
Contoh: Acara terakhir dipersembahkan oleh para mahasiswa
jurusan Sastra Indonesia. Dengan demikian, berakhirlah acara
tersebut bersamaan dengan berakhirnya persembahan tadi.
9) Oleh karena itu
Contoh: Belakangan ini banyak orang yang terjangkit penyakit
demam berdarah. Oleh karena itu, kita harus selalu menjaga
kebersihan lingkungan agar tidak ikut terjangkit.
10) Oleh sebab itu
Contoh: Shalat lima waktu merupakan kewajiban bagi setiap
umat muslim di dunia. Oleh sebab itu, kita harus senantiasa
menjalankannya.
V. Konjungtor
antar paragraf
1) Berdasarkan latar
belakang tersebut di atas
2) Sehubung dengan
masalah tersebut
3) Berkaitan dengan
masalah tersebut
0 komentar:
Posting Komentar